BARASA Maros--(Mangaru') Adapun awal tradisi mangngaru pada masa kerajaan ketika
bissu
menegas saat peperangan, juga dengan tujuan mengobati masyarakat yang
terkena tuku siang (gatal-gatal semacam cacar) ritual ini semacam
menyampaikan pesan dan doa pada dewata seuwaE untuk kesembuhan dengan
cara angngaru., Orang yang melakukan Aru disebut Angngaru’ (dibaca : ang
- nga - ru’) berarti bersumpah, berikrar, menyatakan kesetiaan
, pangngaruE / yang melaksanakan
angngaru
adalah seseorang yang ditunjuk /orang tertentu sebagai pemegang bendera
atau panji peperangan, ketika dalam peristiwa pasukan terdesak oleh
lawan, maka pangngaru melakukan
bate / bekas kaki yang diperjelas, lalu menancapkan bendera diatas
bate tersebut, sambil tanganya mencabut
Badi' /
kawali
(senjata khas sulawesi selatan) diiringi sumpah setia kepada pasukan
dengan teriakan yang menggelegar untuk didengar oleh lawan, kawan
ataupun
botinglangi (penghuni langit) dengan tekad dan janji bahwa, “dirinya tak akan mundur dari
bate /batas kaki yang telah menjadi penanda meski nyawa harus melayang.
Angngaru juga merupakan Tradisi yang bersifat sakral bagi masyarakat Sulawesi Selatan. Sejalan dengan tujuan penelitian, mengungkap "sakral tradisi Bugis Makassar", maka penelitian ini menggunakan metode penelitian etnografi*.
Sakral karena ia bagian dari acara adat dan terkait ritual-ritual
sebabkan aplikasi/pelaku "pangngaru" imun terhadap benda pusaka berbisa
pula angngaru ini bersifat protokoler misalnya pada acara, Temmu Taung,
mengangkat janji sumpah setia juga pada penyambutan tamu yang dihormati.
Dan mangngaru dapat juga terjadi ketika menyampaikan keinginan/hajat pada boting langi (mahluk langit) tentu dengan kalimat –kalimat yang terkadang hanya dimengerti oleh strata tertentu misalnya Bissu, juga dalam menyampaikan kebulatan tekad atau sumpah setia, dan angngaru diiringan alat-alat musik tradisi yang terstruktur.
sumber :http://www.sangbaco.com/2012/02/angngaru-mangngaru-tradisi-sakral-bugis.html#.UZG1WWUUN7A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar