Definisi berpikir masih diperdebatkan dikalangan pakar pendidikan.
Diantara mereka masih terdapat pandangan yang berbeda-beda. Walaupun
tafsiran mereka itu berbeda-beda, namun umunya para tokoh pemikir
bersetuju bahwa pemikiran dapat dikaitkan dengan proses untuk membuat
keputusan dan menyelesaikan masalah. Berpikir ialah proses menggunakan
pikiran untuk mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu, menerokai
pelbagai kemungkinan idea atau ciptaan dan membuat pertimbangan yang
wajar, bagi membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dan seterusnya
membuat refleksi dan metakognisi terhadap proses yang dialami. Berpikir
adalah kegiatan memfokuskan pada eksplorasi gagasan, memberikan berbagai
kemungkinan-kemungkinan dan mencari jawaban-jawaban yang lebih benar.
Dalam
konteks pembelajaran, pengembangan kemampuan berpikir ditujukan untuk
beberapa hal, diantaranya adalah (1) mendapat latihan berfikir secara
kritis dan kreatif untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah
dengan bijak, misalnya luwes, reflektif, ingin tahu, mampu mengambil
resiko, tidak putus asa, mau bekerjasama dan lain lain, (2)
mengaplikasikan pengetahuan, pengalaman dan kemahiran berfikir secara
lebih praktik baik di dalam atau di luar sekolah, (3) menghasilkan idea
atau ciptaan yang kreatif dan inovatif, (4) mengatasi cara-cara berfikir
yang terburu-buru, kabur dan sempit, (5) meningkatkan aspek kognitif
dan afektif, dan seterusnya perkembangan intelek mereka, dan (6)
bersikap terbuka dalam menerima dan memberi pendapat, membuat
pertimbangan berdasarkan alasan dan bukti, serta berani memberi
pandangan dan kritik
Pengembangan kemampuan berpikir mencakup 4
hal, yakni (1) kemampuan menganalisis, (2) membelajarkan siswa bagaimana
memahami pernyataan, (3) mengikuti dan menciptakan argumen logis, (4)
mengiliminir jalur yang salah dan fokus pada jalur yang benar (Harris,
1998). Dalam konteks itu berpikir dapat dibedakan dalam dua jenis yakni berpikir kritis dan berpikir kreatif. Bila dielaborasi perbedaan kedua jenis berpikr tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1: Perbandingan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif.
No
| Berpikir Kritis | Berpikir Kreatif |
1
| Analitis | Mencipta |
2
| Mengumpulkan | Meluaskan |
3
| Hirarkis | Bercabang |
4
| Peluang | Kemungkinan |
5
| Memutuskan | Menggunakan keputusan |
6
| Memusat | Menyebar |
7
| Obyektif | Subyektif |
8
| Menjawab | Sebuah jawaban |
9
| Otak kiri | Otak kanan |
10
| Kata-kata | Gambaran |
11
| Sejajar | Hubungan |
12
| Masuk Akal | Kekayaan, kebaruan |
13
| Ya, akan tetapi.... | Ya, dan ……… |
1. Berpikir Kritis
Berpikir
kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan
menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis,
misalnya (1) membanding dan membedakan, (2) membuat kategori, (2)
meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, (3) menerangkan sebab, (4)
membuat sekuen / urutan, (5) menentukan sumber yang dipercayai, dan (6)
membuat ramalan.
Menurut Perkin (1992), berpikir kritis itu
memiliki 4 karakteristik, yakni (1) bertujuan untuk mencapai penilaian
yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita
lakukan dengan alasan logis, (2) memakai standar penilaian sebagai hasil
dari berpikir kritis dan membuat keputusan, (3) menerapkan berbagai
strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan
menerapkan standar, (4) mencari dan menghimpun informasi yang dapat
dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu
penilaian. Sedangkan Beyer (1985) mengatakan bahwa kemampuan berpikir
kritis adalah kemampuan (1) menentukan kredibilitas suatu sumber, (2)
membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, (3) membedakan
fakta dari penilaian, (4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang
tidak terucapkan, (5) mengidentifikasi bias yang ada, (6)
mengidentifikasi sudut pandang, dan (7) mengevaluasi bukti yang
ditawarkan untuk mendukung pengakuan, Menurut Harris, Robert (1998)
indikasi kemampuan berpikir kristis ada 13, yakni (1) analytic, (2)
convergent, (3) vertical, (4) probability, (5) judgment, (6) focused,
(7) Objective, (8) answer, (9) Left brain, (10) verbal, (11) linear,
(12) reasoning, (13) yes but.
Berpikir kritis menurut Schafersman,
S.D. (1991) adalah berpikir yang benar dalam rangka mengetahui secara
relevan dan reliable tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir
beralasan, mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan berpikir, yang
difokuskan pada pengambilan keputusan terhadap apa yang diyakini atau
yang harus dilakukan. Berpikir kritis adalah berpik mengajukan
pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan informasi yang relevan, mengurutkan
informasi secara efisien dan kreatif, menalar secara logis, hingga
sampat pada kesimpulan yang reliable dan terpercaya.
Berpikir
kritis itu menurutnya ada 16 karakteristik, yakni (1) menggunakan bukti
secara baik dan seimbang, (2) mengorganisasikan pemikiran dan
mengungkapkannya secara singkat dan koheren, (3) membedakan antara
kesimpulan yang secara logis sah dengan kesimpulan yang cacat, (4)
menunda kesimpulan terhadap bukti yang cukup untuk mendukung sebuah
keputusan, (5) memahami perbedaan antara berpikir dan menalar, (6)
menghindari akibat yang mungkin timbul dari tindakan-tindakan, (7)
memahami tingkat kepercayaan, (8) melihat persamaan dan analogi secara
mendalam, (9) mampu belajar dan melakukan apa yang diinginkan secara
mandiri, (10) menerapkan teknik pemecahan masalah dalam berbagai bidang,
(11) mampu menstrukturkan masalah dengan teknik formal, seperti
matematika, dan menggunakannya untuk memecahkan masalah, (12) dapat
mematahkan pendapat yang tidak relevan serta merumuskan intisari, (13)
terbiasa menanyakan sudut pandang orang lain untuk memahami asumsi serta
implikasi dari sudut pandang tersebut, (14) peka terhadap perbedaan
antara validitas kepercayaan dan intensitasnya, (15) menghindari
kenyataan bahwa pengertian seseorang itu terbatas, bahkan terhadap orang
yang tidak bertindak inkuiri sekalipun, dan (16) mengenali kemungkinan
kesalahan opini seseorang kemungkinan bias opini, dan bahaya bila
berpihak pada pendapat pribadi.
Metode ilmiah merupakan metode
paling ampuh yang pernah ditemukan manusia dalam rangka mengumpulkan
pengetahuan. yang relevan dan reliabel tentang alam. Metode non ilmiah
lebih mengarah pada emosi dan harapan umat manusia dan lebih mudah
dipelajari dan dipraktekkan daripada metode ilmiah. Meningkatkan
pengajaran metode ilmiah dan manifestasinya yang terkenal yaitu berpikir
kritis.
Berpikir kritis dapat diajarkan melalui:(1) perkuliahan,
(2) laboratorium, (3) tugas rumah, (4) Sejumlah latihan, (5) Makalah,
dan (6) ujian. Dengan demikian berpikir kritis dapat dimasukkan dalam
kurikulum dengan mempertimbangkan: (1) siapa yang mengajarkan, (2) apa
yang diajarkan, (3) kapan mengajarkan, (4) bagaimana mengajarkan, (5)
bagaimana mengevaluasi, dan (6) menyimpulkan.
Sejumlah tujuan
dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis diantaranya adalah (1)
memberikan guru umum tentang konsep dalam rangka mencapai tujuan melalui
petunjuk yang membantu, (2) merancang pembelajaran dengan menggunakan
web dan isu yang bermanfaat, (3) memadukan berbagai hasil guruan, (4)
mendorong komunitas belajar di dalam kelas, (5) menciptakan kesempatan
berpikir kritis yang menyenangkan dan relevan bagi siswa.
Sedangkan
strategi yang dapat digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa antara lain adalah (1) mengadakan alas penilaian
untuk memberikan final siswa. Menciptakan masalah merupakan 20% dari
keseluruhan nilai, (2) mendeskripsikan syarat pelajaran secara mendetail
sesuai silabus dengan menambah area online (alamat website) yang dapat
menyediakan akses informasi secara mudah, (3) memberikan orientasi
pelajaran, (4) instruktur memberi pendapat untuk siswa dalam pemberian
masalah lewat e-mail untuk memberi penguatan yang positif, dan beberapa
hasil pelajaran dipadukan setelah pembelajaran usai.
2. Berpikir Kreatif
Berpikir
kreatif adalah berpikir secara konsisten dan terus menerus menghasilkan
sesuatu yang kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan. Penelitian
Brookfield (1987) menunjukkan bahwa orang yang kreatif biasanya (1)
sering menolak teknik yang standar dalam menyelesaikan masalah, (2)
mempunyai ketertarikan yang luas dalam masalah yang berkaitan maupun
tidak berkaitan dengan dirinya, (3) mampu memandang suatu masalah dari
berbagai perspektif, (4) cenderung menatap dunia secara relatif dan
kontekstual, bukannya secara universal atau absolut, (5) biasanya
melakukan pendekatan trial and error dalam menyelesaikan permasalahan
yang memberikan alternatif, berorientasi ke depan dan bersikap optimis
dalam menghadapi perubahan demi suatu kemajuan. Marzano (1988)
mengatakan bahwa untuk menjadi kreatif seseorang harus: (1) bekerja di
ujung kompetensi bukan ditengahnya, (2) tinjau ulang ide, (3) melakukan
sesuatu karena dorongan internela dan bukan karena dorongan eksternal,
(4) pola pikir divergen/ menyebar, (5) pola pikir lateral/imajinatif.
Sedangkan
Haris (1998) dalam artikelnya tentang pengantar berpikir kreatif
menyatakan bahwa indikator orang berpikir kreatif itu meliputi: (1)
Ingin tahu, (2) mencari masalah, (3) menikmati tantangan, (4) optimis,
(5) mampu membedakan penilaian, (6) nyaman dengan imajinasi, (7) melihat
masalah sebagai peluang, (8) melihat masalah sebagai hal yang menarik,
(8) masalah dapat diterima secara emosional, (9) menantang anggapan/
praduga, dan (10) tidak mudah menyerah, berusaha keras. Dikatakanya
bahwa kreativitas dapat dilihat dari 3 aspek yakni sebuah kemampuan,
perilaku, dan proses.
a. Sebuah kemampuan
Kreativitas adalah
sebuah kemampuan untuk memikirkan dan menemukan sesuatu yang baru,
menciptakan gagasan-gagasan baru baru dengan cara mengkombinasikan,
mengubah atau menerapkan kembali ide-ide yang telah ada.
b. Sebuah perilaku
Kreativitas
adalah sebuah perilaku menerima perubahan dan kebaruan, kemampuan
bermain-main dengan berbagai gagasan dan berbagai kemungkinan, cara
pandang yang fleksibel, dan kebiasaan menikmati sesuatu.
c. Sebuah proses
Kreativitas
adalah proses kerja keras dan berkesimbungan dalam menghasilkan gagasan
dan pemecahan masalah yang lebih baik, serta selalu berusaha untuk
menjadikan segala sesuatu lebih baik.
Selanjutnya Harris juga
menyatakan bahwa untuk dapat berpikir kreatif seseorang perlu memiliki
metode berpikir kreatif. Berbagai metode yang dapat dilakukan antara
lain: (1) evolusi, yakni gagasan-gagasan baru berakar dari gagasan lain,
solusi-solusi baru berasal dari solusi sebelumnya, hal-hal baru
diperbaiki/ditingkatkan dari hal-hal lama, setiap permasalahan yang
pernah terpecahkan dapat dipecahkan kembali dengan cara yang lebih baik ,
(2) sintesis, yakni adanya dua atau lebih gagasan-gagasan yang ada
dipadukan ke dalam gagasan yang baru, (3) revolusi, yakni gagasan baru
yang terbaik merupakan hal yang benar-benar baru, sebuah perubahan dari
hal yang pernah ada, (4) penerapan ulang, yakni melihat lebih jauh
terhadap penerapan gagasan, solusi, atau sesuatu yang telah dirumuskan
sebelumnya, sehingga dapat dilihat penerapan lain yang mungkin dapat
dilakukan, dan (5) mengubah arah, yakni perhatian terhadap suatu masalah
dialihkan dari satu sudut pandang tertentu ke sudut pandang yang lain.
Hal ini dimaksudkan untuk memecahkan suatu masalah, bukan untuk
menerapkan sebuah pemecahan masalah
Pada bagian lain dinyatakan bahwa perilaku negatif yang menghambat untuk berpikir kreatif, diantaranya adalah:
a. Oh tidak, sebuah masalah !
Reaksi
terhadap sebuah masalah seringkali lebih besar dari pada masalah itu
sendiri. Sebuah masalah adalah kesempatan dan tantangan untuk
meningkatkan segala sesuatu. Masalah adalah (1) perbedaan yang ada
dengan keadaan yang diinginkan, (3) menyadari atau mempercayai bila ada
sesuatu yang lebih baik dari situasi saat ini, dan (3) kesempatan untuk
bertindak positif.
b. lni mustahil untuk dilakukan
Perilaku
seperti ini, seperti kalah sebelum bertarung. Beberapa ungkapan yang
terkait dengan ini : (1) manusia tidak akan pernah terbang, (2) penyakit
tak bisa ditaklukan, (3) roket tidak akan keluar dari atmosfir.
c. Aku tidak bisa melakukannya atau tak ada yang bisa dilakukan
Pemikiran
yang baik dan perilaku yang positif serta kemampuan memecahkan masalah
akan melesat dalam memecahkan berbagai permasalahan. Untuk dapat
melakukan hal ini kuncinya adalah ketertarikan dan komitmen terhadap
masalah itu sendiri.
d. Tapi saya tidak kreatif
Masalahnya ternyata bahwa kreativitas telah ditenggelamkan oleh guruan. Yang perlu dilakukan adalah mengembalikan ke permukaan.
e. Itu kekanak-kanakkan
Dalam
upaya kita untuk selalu tampil dewasa dan anggun, kita sering
menganggap rendah perilaku yang kreatif dan penuh permainan, yang pernah
menandai masa kanak-kanak kita sendiri. Terkadang orang tertawa karena
memang ada yang lucu. Tapi sering kali orang justru tertawa ketika
mereka miskin akan imajinasi untuk memahami situasi yang ada.
f. Apa yang akan dipikirkan orang
Terdapat
tekanan sosial untuk menyesuaikan diri untuk menjadi orang biasa saja,
bukan menjadi orang kreatif. Hampir sebagian orang besar kontributor
terkenal yang membawa ke peradapan lebih maju dihina, bahkan dihukum.
Kemajuan hanya diciptakan oleh mereka yang cukup tegar untuk
ditertawakan.
g. Aku pasti gagal
Thomas Edison, dalam
risetnya untuk menemukan filamen yang dapat memijarkan lampu, melakukan
lebih dari 1800 kali percobaan. Kegagalan haruslah diharapkan dan
diterima. Kegagalan adalah alat untuk belajar yang dapat membantu menuju
keberhasilan. Gagal adalah pertanda bahwa kita melakukan sesuatu,
berusaha dan mencoba-jauh lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa.
Sedangkan hambatan mental terhadap berpikir kreatif dan pemecahan masalah, meliputi:
a. Pransangka
Gambaran
yang kita miliki seringkali menghalangi kita untuk melihat lebih jauh
dari pada apa yang telah kita ketahui dan percayai, sehingga menjadikan
sesuatu itu mungkin ada dan mungkin teijadi.
b. Pendapat fungsional
Terkadang kita mulai melihat sebuah obyek hanya dari namanya, daripada melihat apa yang bisa dilakukannya.
c. Tak ada bantuan belajar
Jika
anda memerlukan informasi, ada perpustakaan, toko buku, teman, profesor
dan internet. Anda dapat belajar melakukan apapun yang anda inginkan.
d. Hambatan psikologi
Apa
yang semula dianggap menjijikkan malah dapat membawa kepada solusi yang
lebih baik. Makan kadal mungkin terdengar tidak enak, tapi jika itu
membuat anda bertahan hidup di alam liar, itu merupakan solusi yang
baik.
Untuk dapat memiliki perilaku positif untuk berpikir kreatif
maka pada setiap individu siswa perlu ditumbuhkan sifat-sifat berikut:
a. Rasa ingin tahu
Orang kreatif ingin mengetahui segala hal- segalanya-hanya sekedar untuk ingin tahu. Pengetahuan tidak membutuhkan alasan.
b. Tantangan
Orang-orang
kreatif suka mengidentifikasi dan mencari tantangan di balik gagasan,
usulan, permasalahan, kepercayaan dan pendapat.
c. Ketidakpuasan terhadap apa yang ada
Ketika
anda merasa tidak puas terhadap sesuatu, ketika anda melihat ada
masalah, akankah anda mencoba memecahkan masalah dan memperbaiki
keadaan. Semakin banyak masalah yang anda temui, semakin banyak pula
pemecahan dan peningkatan yang dapat anda buat.
d. Keyakinan bahwa masalah pasti dapat dipecahkan
Dengan keyakinan dan didukung pengalaman, pemikir kreatif percaya bahwa sesuatu pasti dapat dilakukan untuk mengatasi masalah.
e. Kemampuan membedakan keputusan dan kritik.
Sebagian
besar gagasan baru, karena masih baru dan asing, maka terlihat aneh,
ganjil, bahkan, menjijikkan. Sebuah gagasan mulai tampak bagus ketika
sudah lebih familiar atau dilihat dengan konteks dan batasan yang
berbeda. Jika suatu gagasan paling gila sekalipun dapat dipraktekkan
sebagai batu loncatan, gagasan tersebut efisien.
Untuk
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, usaha yang
baik untuk lakukan oleh guru adalah dengan meningkatkan lingkungan
belajar yang kondusif dalam menunjang perkembangan kreativitas yakni
lingkungan belajar yang secara langsung memberi peluang bagi kita untuk
berpikir terbuka dan fleksibel tanpa adanya rasa takut atau malu.
Sebagai contoh, Hasoubah (2002) memberikan gambaran situasi belajar yang
dibentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi, mendorong seorang
untuk memberikan ide dan pendapat. Diskusi seperti ini harus
dilaksanakan sedemikian rupa di mana dapat dilakukan kegiatan sebagai
berikut:
a. Melakukan brainstorming
Brainstorming adalah
teknik yang bertujuan membantu kelompok kecil supaya dapat menghasilkan
ide yang bermutu. Ia berdasar pada sebuah konsep bahwa ide yang baik
harus dipisahkan dari penilaian atau evaluasi terhadap mutu ide
tersebut. Karena itu, di dalam brainstorming : (1) tidak ada kritik
terhadap ide apapun, (2) ide harus ditulis tanpa diedit, (3) ide yang
liar, lucu, atau kurang berbobot dapat diterima, (4) semua jenis saran
dan pendapat sangat diharapkan, dan (5) memberikan kontribusi
berdasarkan pendapat dari orang lain dapat diterima
b. Memakai cara SHEMAP
Berpikir
kreatif bisa menjadi sangat abstrak, karena itu sulit untuk melihat
seseorang melakukannya. Berdasarkan hasil penelitian yang mengkaji
fenomena ini seperti Universitas Negeri Iowa yang mengembangkan model
HOTS (higherorder-thinking-skills atau kemampuan berpikir tingkat
tinggi) sebagai mana dipaparkan Housobah (2002) menyebutkan bahwa
berpikir kreatif tidak dapat dilihat, tetapi produk/hasil dari berpikir
kreatif tersebut dapat di lihat. Dengan model HOTS ini seseorang dapat
melangkah dari tingkatan ilmu yang sangat dasar kepada tingkatan ilmu
umum (generative) yang dianggap sebagai suatu yang diciptakan
dan baru. Maka kalau ilmu umum telah dihasilkan berarti proses berpikir
kreatif telah terjadi.
Dari model HOTS ini, selanjutnya Hosaubah
mengembangkan metode SHEMAP (Spekulasi- Hipotesis‑ Ekspansi- Modifikasi-
Analogi‑ Prediksi). Sebagai contoh, ketika seseorang berspekulasi, apa
manfaat mengambil mata kuliah di jurusan, Teknologi Guruan?. Pola pikir
berspekulasi untuk mencari jawaban dari pernyataan tersebut adalah pola
mengembangkan dan memodifikasi dalam bentuk cerita, hal ini bisa
menghasilkan ide baru. Kalau dia harus membuat hipotesis terhadap apa
yang akan terjadi seandainya rencana "pengambilan sidik jari oleh aparat
keamanan terhadap para santri di pesantren yang dianggap menjadi sarang
teroris", tindakan membuat hipotesis dan prediksi dapat menghasilkan
ide yang baru. Terakhir adalah membuat analogi dan kreativitas. Ungkapan
seperti ini " senyum Anda memberikan kehangatan sekaligus memberi sinar
harapan bagi diri saya". Dengan membuat analogi senyum ibarat
kehangatan secara jelas menjadikan seseorang berpikir kreatif.
c. Berpikir spasial
Seseorang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dengan (melakukan
aktivitas) berpikir spasial. Berpikir spasial adalah berpikir dengan
cara mengubah ide yang ditulis dalam bentuk prosa ke non prosa. Misalnya
sebuah konsep atau teori yang ditulis dalam teks diubah menjadi sebuah
diagram. Usaha mengubah forma atau penyajian ide, konsep, dan deskripsi
keadaan tertentu sesuangguhnya merupakan sebuah kreativitas. Dengan
menggunakan teknik brainsorming, SHEMAP, dan berpikir spasial akal
seseorang dapat menjelajahi teritorial/wilayah yang tidak diketahui,
“yang dengan sendirinya akan membangun kreativitas dan menjadikannya
seorang pemikir kreatif”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar