Pada tahun 1930, di Amerika Serikat telah dikembangkan psikologi yang secara khusus mempekajarti hubungan antar manusia. Akhirnya muncullah cabang ilmu baru dari ilmu jiwa ini yang kemudian dikenal dengan istilah psikologi sosial. Masalah-masalah yang menjadi fokus bahasannya adalah kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan kontek sosialnya.
Diantara kegiatan-kegiatan tersebut adalah kelompok organisasi, kepemimpinan nya, anggota atau pengikut nya, prilaku moral nya, kekuasaan nya, komunikasinya, dan kebudayaan nya ( Ahmadi, 2002 ).
Dalam kehidupan sehari-hari, hubu8ngan diantara manusia tersebut ternyata tidak selamanya berjalan lancar. Adakalanya muncul kesalahpahaman, perselisihan, pertengkaran, permusuhan, bahkan peperangan. Lingkup kejadiannya tidak saja terjadi dalam skala yang kecil ditingkat keluarga dan lingkungan kelurahan tetapi juga bisa terjadi dalalm skala ynag lebih besar ditingkat nasional dan internasional. Dalm kajian psikologi sosial hal ini terjadi karena tidak adanya kesamaan pandang terhadap suatu pola perilaku pada suatu struktur kelompok sosial. Masing-masing pihak merespon rangsangan sosial yang diterimanya dari lingkungan sosial, sehingga memunculkan sikap memilih atau menghindari sesuatu.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hubungan antar manusia tersebut mendorong para ahli untuk memberikan definisi operasional pada psikologi sosial karena dalam tatanan ilmu pengetahuan masih termasuk dalam ilmu yang baru terbentuk. Berikut ini adalah kutipan beberapa pendapat tokoh tentang psikologi sosial (Ahmadi, 2002).
1. Kamus
Paedagogik menyatakan bahwa : “Psikologi Sosial ialah ilmu jiwa yang
mempelajari gejala-gejala psikis pada massa, bangsa, golongan,
masyarakat dan sebagainya. Lawannya : Psikologi individu (orang-orang).”
2. Hubert
Bonner dalam bukunya “Social Psychology” menyatakan “Psikologi sosial
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia.“
Definisi ini menunjukkan bahwa Bonner lebih menitikberatkan pada tingkah
laku individu, bukan tingkah laku sosial. Tingkah laku inilah yang
menjadi pokok atau sasaran utama dalam mempelajari psikologi sosial.
3. A.M.
Chorus dalam bukunya “Gronslagen der sociale Psycologie” merumuskan
bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku individu manusia sebagai anggota suatu masyarakat.” Chorus
memberikan definisi tersebut dengan kesadaran bahwa setiap manusia yang
normal akan hidup dan berhubungan bersama dengan masyarakat.
4. Sherif
& Sherif dalam bukunya “An Outline of Social Psychology” memberikan
definisi sebagai berikut : “ psokologi sosial adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari pengalaman dan tingkah laku individu manusia dalam
kaitannya dengan situasi-situasi perangsang sosial.” Dalam defi\nisi
ini, tingkah laku telah dihubungkan dengan situasi-situasi perangsang
sosial.
5. Roueck
and Warren dalam bukunya “Sociology” memberikan batasan bahwa
:”Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segi-segi
psycholois daripada tinghkah laku manusia, yang dipengaruhi oleh
interaksi sosial.” Dalalm sefinsi ini telah dinyatakan bahwa interaksi
amnusia telah nyata pengaruhnya pada tinghkah laku manusia.
6. Boring,
Langveld, and Weld dalam bukunya “ Foundations of Psychology”
berpendapat bahwa: “Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari individu manusia dalam kelompokknya dan hubungan antara
manusia dengan manusia.”
7. Kimball Young (1956) menyatakan bahwa : “Psikologi sosial adalah studi tentang proses interaksiindividu manusia.”
8. Krech,
Crutchfield, dan Ballachey (1962) menytakn bahwa : “Psikologi sosial
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku individu di dlaam masyarakat.”
9. Joseph
E. Mc. Grath (1965) menyatakan bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu
yang menyelidiki tingkah laku manusia sebagaiman dipengaruhi oleh
kehadiran, keyakinan, tindakan, dan lambang-lambang dari orang lain.”
10. Gordon
W. Allport (1968) menyatakan bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha mengerti dan menerangkan bagaimanan pikiran,
perasaan, dan tingkah ;laku individu dipengaruhi oleh kenyataan,
imajinasi, atau kehadiran orang lain.”
11. Secord dann Backman (1974) menyatakan bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari individu dalam kontek sosial.”
12. W.A.
Gerunagn menyatakan bahwa : “ilmu jiwa adalah suatu ilmu pengetahuan
yang mempelajari dan menyelidiki pengalaman dan tingkah laku individu
m\anusia seperti yang dipengaruhi atau ditimbulakn oleh situasi-situasi
sosial.
Pendapat
para tokoh tentang pengertian psikologi sosial di atas sangat beragam.
Namun demikian tidaklah berarti antara yang satu dengan yang lainnya
saling bertentangan. Perpaduan diantara pendapat tersebut akan dapat
saling melengkapi dan menyempurnakan. Rangkuman pengertian dari berbagai
pendapat tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : “Psikologi sosial
adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku
individu-individu dalam hubungannya dngan situasi sosial.” Denagn
demikian membicarakan psikologi sosial tidak dapat dilepaskan deri
pembicaraan individu yang berhuibungan dengan situasi-situasi sosial.
Ruang Lingkup Psikologi Sosial
Psikologi
Sosial yang menjadi objhek studinya adalah segala grrak gerik atauy
tingkah laku yang timbul dalam konteks sosial atau lingkungan
sosiaolnya. Oleh karenanya masalah pokok yang dipelajari adalah pengaruh
sosial atau [erangsang sosial. Hal ini terjadi karena pengaruh sosial
inilah yang mempengaruhi tinghkah laku individu. Berdasarkan inilah
Psikologi Sosial membatasi diri dengan mempelajari dan menyelidiki
tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasiperangsang sosial
(Ahmadi, 2005)
Objek
pembahasan dari Psikologi Sosial tidaklah berbeda dengan psikologi
secara umumnya. Hal ini bisa dipahami karena Psikologi Sosial adalah
salah satu cabang ilmu dari psikologi. Bila objek pembahasan psikologia
dalah manusia dan kegiatannya, maka Psikologi Sosial adalah
kegiatan-kegiatan sisoalnya. Masalah yang dikupas dalam psikologi umum
adalah gejala-gejala jiwa sep[erti perasaan, kemauan, dan berfikir yang
terlepas deri alam sekitar.
Sedangkan
dalam Psikologi Sosial masalah yang dikupas adalah manusia sebagai
anggota masyarakat, se[perti hubungan individu dengan ndividu yang lain
dalam kelompoknya.
Psikologi
Sosial dalam membicarakan objek pembahsannya dapat pula bersamaan
dengana sosiologi. Masalah-masalah sosial yang dibicarakan dalam
sosiologia dalah kelompok-kelompok manusia dalam satui kesatuan seperti
macam-macam kelompok, perubahan-p[erubahannya, dan amcam-macam
kepemimp[inannya. Sedangakan dalam Psikologi Sosial adalah meninjau
hubungan individu yang sati dengsan yang lainnya seperti bagaimana
pengaruh terhadap pimpinan, pengaryh terhadap anggota, pengaruh terhadap
kelompok lainnya.
Persamaaaan-persamaan
pembahasan sebagaimana penjelasan di atas dapat disimpuilkan bahwa
ruang lingkup pemvbahasan Psikologi Sosial berada pada ruang antaraa
psikologi dan sosiologi. Titik persinggungan inilah yang dalam sejarah
pertumbuhan ilmu pengetahuan memunculkan ilmu baru dalam lapanagn
psikologi, yakni Psikologi Sosial. Psikologi Sosial merupoakan bagian
dari psikologi yang secara khusus mempelajari tingkah laku manusia atau
kegiatan-kegiatan manuisa dalam hubungannya denagn situasi-situasi
sosialnya. (Ahmadi, 2002)
Ø Tujuan Psikologi Sosial
Sama
halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran
Psikologi Sosial bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki,
tujuan Pendidikan Nasional pada tataran operasional dijbarkan dalam
tujuan institusioanl tiap jenis dan jenjeang pendidikan . selanjutnay
pencapaian tujuan institusional ini, secara praktis dijabarkan dalam
tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran. Akhirnay tujuan kurikuler
ini, secara praktis operasional dijabarkan dalam tuuan instruksional
atau tujuan pembelajaran.dalam sub bahasan ini, dibatasi p[ada uraian
tuuan kurikuler bidang studi Psikologi Sosial. Tujuan kurikuler
Psikologi Sosial yang harus dicapai sekurang-kurangnay meliputi lima
tujuan berikut.
1. Membekali
peserta didik dengan pengetahuan Psikologi Sosial sehinggat tidak
terpenagruh, tersugesti, atau terpengaruh oleh situasi sosial yang
selamanya tidak bernilai baik.
2. Membekali
peserta didik dengan kemampuan memngiudentifikasi, mengnalisa dan
menyusun alternatif pemecahan masalah-masalah sosial secara teap dan
sisitematis mengenai proses kejiwaan yang berhubuunagn dengan kehidupn
bersama.
3. Membekali
peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi denagn sesama warga
masyarakat sehingga memudahkan dalam melakukan pendekatan untuk
mewujudkan perubahan dan pengrahan kepada tujuan denagn sebaik-baiknya.
4. Membekali peserta didik denagn kesadaran terhadap lingkungan sosial sehingga mampu merubah sifat dan sikap sosialnya.
5. Membekali
peserta didik denagn kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keimuan
psikologi sosial sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembanagn
masyarakat \, perkembanagn ilmu, dan perkembangan teknologi.
Kelima
tujuan di atas menjadi tanggung jawab yang harus dicapai dalam
pelajsanaan kurikulum Psikologi Sosial di berbagai lembaga pendidikan.
Tentu denagn keluasan, kedalaman, dan bobot yangs esuai dengan jenis dan
jenjang pendidikan yang dilaksanmakan.
Konsep dasar Psikologi Sosial dan implementasinya dalam kehidupan msyarakat
v Konsep dasar psikologi sosial
Sebagaiman
ilmu-iolmu sosial, objek pembahasan psikologi sosial adalah terpusta
kepada kehidupan amnusia. Manusia adalah salah satu ciptaan Tuhan yang
memiliki kecerdasan, kesadaran, dan kemauan yanbg tinggi dibandingkan
denagn makhluk-makhluk-Nya yang lain. Kelebihan inilah yang mendorong
manusia mampu menguaai alam, menakklukkan makhluk yang lebih kuat, dan
menciptakn segala sesuatu yang dapat menyempurnakan dirinya. Ha;l ini
bisa tercapai karena dalam diri manusia terdapat potensi yang selalu
mengalami proses perkembangan setelah indi\vidu tersebut berinteraksi
denagn lingkumngannya.
Potensi-potensi
yang dimiliki memnusia sehingga membedakan denagn makhluk ciptaan Tuhan
yang lakinnya adalah sebagai berkut (Ahmadi,2002).
1. Kemempuan
menggunakan bahasa. Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
ini hanyalah semata-mata terdapat pada manusia dalam pengertian bisa
m,erubah, menambah, dan mengembangkan bahasa yang dugunakan. Sedangkan
pada binatang memamng ada tetapi masih sangat sederhana sekali dan
terbatas pada bunyi suara yang merupakan isyarat atau tanda-tanda.
2. Adanay
sikap etik. Dalalm setiap masyarakat pasti terdapat peraturan atau
norma-norma yang mengatur tingkah laku anggota0anggotanya baik itu
masyarakat modrn mauoun masyarakat yang masih terbelakang sekalipu n
noram tersebuit merupakan ketentuan apakah sesuatu perbuatan itu
dipandang baik atau buruk. Noram tersebut tidak selau sama antara
msyarakjat satui dengan yang lainnya sesuai dengan adat kebiasaan,
agama, dan perkembanagn kebudayaan imumnya dimana dia hidup. Individu
sebagai anggota masyarakat berusaha untuk berbuat sesuai dengan norma
yang berlaku dala masyarakat karena adanya sikap etik yang dimilikinya.
Namun demikian sesuai dengan tuntutan kebudayaan manusia berusaha
unr\tuk menyempurnakan noram yang telah ada.
3. Hidup
dalam 3 dimensi waktu. Manusia memiliki kemampuan untuk hidup dalam 3
dimensi waktu. Manusia mampu m,endasarkan tingkah lakunya pada
pengalaman masa lalunya, kebutuhan-kebutuhan sekarang, dan tujuan yang
akan dicapai pada amsa yang akan datang. Pengalaman-pena\galaman masa
lalu merupakan peganagn bagi perbuatan-perbuatannya masa sekarang,
sehingga kesalahan yang sama tidak akan selalu terulang-ulang.
Pengalaman-penaglaman yang tidak baik diingat untuk yidak berbuat lagio
sedangkan pengalaaman-pengalaman yang baik dipegang untuk pedoman dalam
kegiatan-kegiatannya masa kini yang kemudian kegiatan tersebut diarahkan
untuk mencapai tujuan yang akan datang dengan sebaik-baiknya. Dengan
perkataan lain bahwa amnusia dapat merencanakan paa yang akan diperbuat
dan apa yang akan dicapai.
Ketiga
potensi di atas oleh para ahli dijadikan sebagai syarat “humanj
minimum”. Oleh karenanya biak tidak terdapat ketiga potensi ini maka
akan sukar untuk dikelompokkan sebagai masyarakat manusia. Pemahamaninis
elanjutnya akan mendorong untuk meningkatkan kecakapan dan potensi diri
pribadinya.
Dengan
potensinya tersebut, manusia njuga disebut sebagai makhluk
monopluralis. Disebut demikian karena manusia dapat dipandang sebagai
makhluk individu, sosial, dan ber-Tuhan.
1. Makhluk
individu. Manusia sebagai makhluk individual berarti manusia itu
mnerupoakan suatu totaliat.individu berasal dari kata in-dividere yang
berarti tidak dapat dipecah-pecah. Dalam aliran modern, ditegaskan bahwa
jiwa manusia itu meruoakan satu kesatuan jiw araga yang berkegiatan
secara keseluruhan.
2. Makhluk
sosial. Manusia tidaklah mungkun hidup sendiri tanpaa danya komu\nikasi
dengan manusia yang lainnya. Sejak dilahirkan manusia membutuhkan
bantuan orang alin. Ia memerlukan bantuan makan, minum, dan memenuhi
kebutuhan biologisnya. Demikian pula setalah tumbuh lebih besar,
berbicar, belajar, berjalan, mengenal benda, ,engenal norma dan
sebagainya selalu membutuhkan bantuanorang lain di sekitarnya.
3. Makhluk
ber-Tuhan. Sebagai manusia yang beragama, dalam kehidupoannya tidak
bisa lepas dari pengakuan terhadap Tuhan. Hanay mereka yang tergolong
atheis saja yang tidak mengakuai adanya Tuhan. Sebenarnya mereka yang
atheis pun tanpa disadari telah menyatakan kebutuhannya kepada Tuahn
meskipun tidak sempurna. Hali ini terbukti denagn aktivitasnya yang
menyembah kepada dewa-dewa dan benda-benda lainnya.
Ø Implementasi Psikologi Sosial dalam kehidupan masyarakat
Dalam
setiap masalah atau kasus yang terjadi di masyarakatpada umumnya
disebabakan adanya ketidakseimbanagn prhatian atau pembianaan terhadap
kedua aspek yang ada di dalam diri manusia, yakni aspek jasmani (raga)
dan aspek rohani (jiwa). Keseimbanagn kedua aspek tersebut sangat
berpengaruh terhada[p setiap perilaku individu ketiak menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dalm berinteraksi denag msyaraklatnay.
Terkait
hal di atas dapat dicontihkan dalam kasus sebagai berikjut: seorang
remaja yang berusia 8 tahun yang sedang duduk di bangku SMA memiliki
sifat introvert. Lingkungan yahg keras dan minimnya pengetahuan tentang
keagamaan telah membesarkannya menjadi orang yang mudah terpengaruh pada
situasi dan kondisi di lingkungan sekitarnya.
Selain
darilingkunagn sekitarnya, kasus yang terjadi pada anak ini juga
dilatarbelakangi oleh keadaan keluarganya yang broken home sehingga
mengakibatkan pengaruh-pengaruh yang buruk dari lingkunagn keluarga juga
denagn mudah memasuki kehidup[annya. Hampir tia[p malam anak ini
bergaul dengan teman di lingkungannya yang sering berjudi dan
mabuk-mabnukan sehingga proses pendidikannya terganggu.
Terkait
dengan kasus kenakalan remaja di atas maka dapat ditarik kesimopulan
bahwa pengaruh lingkungan yang buruk dan kurangnay perhatian orang tua
(broken home) sangat berpengaruh terhadap perkembanagn jiwa keagamaaan
dan kerohanian p[ada diri anak. Dalam hal ini yang paling utama adalah
penanaman jiwa leagamaan anak sejak dini. Jadi, peranan keagamaan pada
diri anak sangat penting dalam kehidpannya, karena denagn pendidikan
agama diharapakan dapat menyaring segala sesuatu yang bersifat negatif
dalam kehidupan bermasyarakat. (Arifin, 2004)
Pendidikan
agama dalam hal ini adalah pendidikan islam yang tidak dibatasi oleh
institusi (kelembagaan) ataupun pada kalanagn pendidikan tertentu.
Pendidikan islam disinidiartikan sebagai nup[aya yang dilakukan oleh
mreka yang memiliki tanggung jawab terhadap pembinaaan, bimbingan,
pengembanagn, serta pengarahan potensi yang dimiliki anaka agr mereka
dapat berfungsi dan berperan sebagaimana hakikat kejadiannya.
Studi
pada kasus di atas memberikan ilustrasi bahwa beta[pa besarnya penagruh
lingkungan terhadap perilaku individu dalam kelompok sosial. Psikologi
Sosial dalam hal ini membantu memberikan pemecahan persoalannya denagn
upaya pendidikan keagamaan. Perangsang sosial yang berupa pendidikan
keagamaan dan lingkungan sosial yangpenug dengan kekeluargaan diharapkan
mampu merubah perilaku individu menjadi lebih baik, sehingga secara
bertahap persoalan mendasar dari pengaruh buruk lingkungan akan terkikis
dan tergantikan denagn pengaruh yang baik dari pendidikan keagamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar