Secara bahasa, Pers berarti
media. Berasal dari bahasa Inggris press yaitu cetak. Apakah
media itu berarti hanya media cetak? Tentunya tidak. Pada awal kemunculannya
media memang terbatas hanya pada media cetak. Seiring percepatan tekhnologi dan
informasi, ragam media ini kemudian meluas. Muncul media elektronik: Audio,
audio visual (pandang-dengar) sampai internet. Jadi pers adalah sarana atau
wadah untuk menyiarkan produk-produk jurnalistik.
Sedang jurnalistik merupakan
suatu aktifitas dalam menghasilkan berita maupun opini. Mulai dari perencanaan,
peliputan dan penulisan yang hasilnya disiarkan pada public atau khalayak
pembaca melalui media/pers. Dengan kata lain jurnalistik merupakan proses aktif
untuk melahirkan berita.
Hasil dari proses
jurnalistik yang kemudian menjadi teks yang dimuat di media, berupa
berita maupun opini.
Fungsi Pers
1.
Menyiarkan informasi; hal inimerupakan fungsi yang pertama dan utama karena
khalayak pembaca memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumu ini.
2.
Mendidik (to educate); artinya sebagai sarana pendidikan massa (mass
education). Adapun isi dari media atau hal yang dimuat dalam media mengandung
unsur pengetahuan khalayak pembaca pengetahuannya.
3.
Menghibur (to entertaint), khalayak pembaca selain membutuhkan informasi juga
membutuhkan hiburan. Ini juga menyangkut minat insani.
4.
Mempengaruhi (control social); tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan ini ada
kejanggalan-kejanggalan, baik langsung ataupun tidak langsung, berdampak pada
kehidupan social. Pada fungsi ini media dimungkinkan menjadi control social,
yang karena isi dari media sendiri bersifat mempengaruhi.
Teori Pers
Fred S.
Slebert, Thedorre Peterson dan Wilbur Schamm menyatakan bahwa pers di dunia
saat ini dapat dikatagorikan menjadi: Authorian Pers, social Responbility
Pers dan Soviet Communist Pers.
Adapun teori Soviet
Communist Pers hanyalah perkembangan dari teori authoritarian Pers. Pada teori
itu fungsi pers sebagai media informasi kepada rakyat oleh pihak penguasa
mengenai apa yang mereka inginkan dan apa yang harus didukung rakyat.
Sedangkan teori Sosial
Rseponbility merupakan perkembangan dari teori Lebertarian Pers. Dan teori ini
adalah kebalikan dari teori autoritarian pers, dimana pers bebas dari pengaruh
pemerintah dan bertindak sebagai Fouth State. Pada teori ini pers menempatkan
posisinya sebagai tanggung jawab social.
Apa Itu Berita?
Secara sederhana
berita merupakan laporan seorang wartawan/jurnalis mengenai fakta. Karena ada
banyak fakta dalam kehidupan atau realitas social lantas apakah fakta/realitas
merupakan berita? Tidak? Fakta itu akan menjadi berita setelah dilaporkan oleh
seorang wartawan. Karena itu berita merupakan konstruksi dari
sebuah fakta. Lantas seperti apa fakta yang semestinya dilaporkan wartawan lalu
menjadi berita? Secara teoritis ada banyak sekali ukuran, namun secara umum
ukuran itu dibagi dua, yakni pentingdan menarik.
Kemudian, seberapa penting dan menarikkah suatu peristiwa itu layak dijadikan
berita? Maka untuk mempertimbangkan hal tersebut dibutuhkan nilai-nilai sebagai
pertimbangan untuk menentukan suatu peristiwa itu layak dijadikan berita. Dalam
jurnalistik nilai-nilai tersebut disebut dengan News Value (nilai
berita).
Objek Berita
Karena berita adalah
laporan fakta yang ditulis oleh seorang jurnalis, maka objek beritanya adalah
fakta. Dan fakta dalam jurnalsitik dikenal dalam beberapa kriteria, yaitu:
1.
Peristiwa, adalah suatu kejadian yang baru terjadi, artinya kejadian itu hanya
sekali terjadi.
2.
Kasus, adalah merupakan kejadian yang tidak selesai setelah peristiwa terjadi.
Maksudnya kejadian tersebut meninggalkan kejadian selanjutnya, peristiwa
melahirkan peristiwa berikatnya. Maka kejadian demi kejadian tersebut disebut
dengan kasus.
3.
Fenomena, adalah merupakan suatu kasus yang ternyata tidak terjadi hanya pada
batas teritorial tertentu, artinya kasus tersebut sudah mewabah, terjadi
dimana-mana.
Nilai-nilai Berita (News
Value)
Secara umum nilai
berita ditentukan oleh 10 komponen. Semakin banyak komponen tersebut dalam
berita maka semakin besar nilai khalayak pembaca terhadap berita tersebut,
secara lebih rinci dapat diringkaskan sebagai berikut:
1.
Kedekatan (Proximity), peristiwa yang
memiliki kedekatan dengan khalayak, baik secara geografis maupun psikis.
2. Bencana (Emergency), tiap
manusia membutuhkan rasa aman. Dan setiap rasa aman akan menggugah perhatian
setiap orang.
3.
Konflik (Conflict), ancaman terhadap rasa
aman yang ditimbulkan manusia. Konflik antar individu, kelompok maupun Negara
tetap akan mengugah perhatian setiap orang.
4. Kemashuran
(Prominence), biasanya rasa ingin tahu terhadap seseorang yang
menjadi Public figure cukup besar.
5.
Dampak (Impact), peristiwa yang
memiliki dampak langsung dalam kehidupan khalayak/masyarakat.
6.
Unik, manusia cenderung ingin tahu tentang segala hal yang
unik, aneh dan lucu. Hal-hal yang belum pernah atau tak bias ditemui dalam
kehidupan sehari-hari dan menarik perhatian.
7.
Baru (Actual), suatu peristiwa yang baru
terjadi akan memancing minat orang untuk mengetaui.
8.
Kontroversial, suatu peristiwa yang bersifat
controversial akan menarik untuk diketahui karena mengandung kejanggalan.
9. Human Interest, derita cenderung
dijahui manusia, dan derita sesame cenderung menarik minat untuk mengetahui.
Karena manusia menyukai suguhan informasi yang mengesek sisi kemanusiaan.
10.
Ketegangan (Suspense), sesuatu yang
membuat manusia ingin mengetahui apa yang terjadi cenderung menarik minat,
karena orang ingin tahu akhir dari peristiwa.
Namun sering kali
ditemui dalam beberapa media yang melaporkan peristiwa yang sama. Ini karena
perbedaan sudut pandang(angel) yang diambil wartawan dalam menulis
berita.
Unsur Berita
Diketahui bahwa berita
merupakan hasil rekonstruksi dari fakta (peristiwa) oleh wartawan, maka
doperlukan perangkat untuk merekonstruksi peristiwa tersebut. Berangkat dari
pemikiran bahwa pada umumnya manusia membutuhkan jawaban atas rasa ingin
tahunya dalam enam hal. Maka dari itu materi berita digali melalui enam pokok
unsure tersebut; meliputi apa (what), siapa (who),dimana (where), kapan (when), mengapa (why), bagaimana (how). Kemudian
dikenal sebagai 5W+1H.
Sifat Berita
1. Mengarahkan (Directive), karena
berita ini dapat mempengaruhi khalayak, baik disengaja atau tidak. Maka berita
ini sifatnya mengarahkan
2. Menbangkitkan
Perasaan (effectife), melalui berita ini dapat membangkitkan
perasaan public
3. Memberi
Informasi (Informatife), berita in harus memberi informasi
tentang keadaan yang terjadi sehingga memberi gambaran jelas dan menjadi
pengetahuan public.
4.
Kaidah-kaidah
Penulisan Berita
Dalam penulisan
berita, dalam hal ini menkonstruk peristiwa (fakta) tidaklah semena-mena.
Penulisan berita didasarkan pada kaidah-kaidah jurnalistik. Kaidah-kaidah
tersebut biasa dikenal dengan konsep ABC (Accuracy, Balance, Clarity).
1. Accuracy (akurasi)
Disebut sebagai
pondasi segala macam penulisan bentuk jurnalistik. Apabila penulis ceroboh
dalam hal ini, artinya sama dengan melakukan pembodohan dan membohongi khalayak
pembaca. Untuk menjaga akurasi dalam penulisan berita, bila perlu perhatikan
beberapa hal berikut:
1.
1. Dapatkan berita yang
benar
2. Lakukan re-cek
terhadap data yang diperoleh
3. Jangan mudah berspekulasi
denga isu atau desas-desus
4. Pastikan semua
informasi dan data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kewenangan dan
keabsahannya.
1. Balance (Keseimbangan)
Ini juga menjadi
kaidah dalam penulisan berita. Sering terjadi sebuah karya jurnalistik terkesan
berat sebelah dengan menguntungkan satu pihak tertentu sekaligus merugikan
pihak lain. Keseimbangan dimungkinkan dengan mengakomodir kedua golongan
(misalnya dalam penulisan berita tentang konflik). Hal demikian dalam
jurnalistik disebut dengan “Both Side Covered”.
1. Clarity (Kejelasan)
Factor kejelasan bisa
diukur apakah khalayak mengerti isi dan maksud berita yang disampaikan, bukan
jelas dalam konteks teknis, namun lebih condong pada factor topic, alur
pemikiran, kejelasan kalimat, kemudian pemahaman bahasa dan pernyaratan
penulisan lainnya.
Struktur/Susunan
Penulisan Berita
Dalam berita terdapat
struktur atau susunan berita juga memiliki bagian-bagian. Maka sebelum mengenal
struktur penulisan berita terlebih dulu kita mengenal bagian-bagian berita.
Dimana bagian-bagian tersebut dari Kepala Berita atau Judul (Head News).
Topi Berita, menunjukan lokasi peristiwa dan identitas media (misalnya, Surabay
SP) biasanya digunakan dalam penulisan Straight News,intro diletakkan
setelah judul berfungsi sebagai penjelas judul dan gambaran umum isi
berita. Tubuh berita (news body), bisa dikatakan
sebagai isi berita.
Adapun strukrur
penulisan berita sebagai berikut:
1.
Piramida Terbalik: artinya pokok atau inti berita diletakkan di awal-awal
paragraph (1-2 paragraf) dan bukan berarti paragraph selanjtnya tidak penting.
Cumin bukan merupakan inti berita. Biasanya ini digunakan dalam penulisan
staright news.
2.
Balok tegak: artinya pokok atau inti berita tidak hanya diletakkan di awal
paragraph. Terdapat di awal, tengah dan akhir paragraph. Biasanya ini digunakan
dalam penulisan depth news (Indepth reporting ataupun investigasi reporting).
Metode Penggalian Data
Dalam membuat berita,
data menempati posisi penting, karena melalui datalah peristiwa (fakta) dapat
dilaporkan. Data merupakan“mind” (rekaman) dari suatu peristiwa.
Dan penulis (jurnalis) menyajikan knstruksi dari peristiwa/fakta tersebut yang
disusun dari berbagai data. Ada beberapa cara untuk penggalian data
tersebut. Pertama, melalui pengamatan langsung penulis
(observasi) untuk mendapatkan data tentang kejadian. Kedua, melakukan
wawancara terhadap seseorang yang terlibat langsung (sekunder) dalam suatu
kejadian. Wawancara juga dimaksudklan untuk melakukan Cross Chek demi akurasi
data yang diperoleh melalui pengamatan (observasi). Ketiga, selain dua
perangkat tersebut data juga bisa diperoleh melalui data literary terhadap
dokumen-dokumen dengan suatu fakta kejadian ataupun fenomena (jika
dimungkinkan) data demikian dianggap penting.
Obeservasi
Ini dilakukan pada
tahap awal pencarian data tentang sesuatu. Dalam pengamatan sangat mengandalkan
kepekaan inderawi (lihat, dengar, cium, sentuh) dalam mengamati realitas. Namun
dalam pengamatan tersebut seorang observator tidak boleh melakukan penilain
terhadap realitas yang diamati.
Kegiatan observasi
terkait dengan pekerjaan memahami realitas detail-detail kejadian yang
berlangsung. Untuk itu diperlukan upaya memfokuskan pengamatan pada obyek-obyek
yang tengah diamati.
Observasi memerlukan
daya amatan yang kritis, luas. Namun tetap tajam dalam mempelajari rincian
obyek yang ada dihadapannya. Untuk mendapatkan pengamatan yang obyektif
si pengamat harus bisa mengontrol emosional dan mampu menjaga jarak dengan
segala rincian obyek yang diamati.
Dalam penggalian data
melalui observasi ini sifatnya langsung dan orsinil. Langsung artinya dalam
pengamatannya tidak berdasarkan teori, pikiran dan pendapat. Ia menemukan
langsung apa yang hendak dicarinya. Orsinil artinya hasil amatannya merupakan
hasil serapan indranya bukan yang dilaporkan orang lain. Dan untuk selanjutnya
akan dibahas secara lengkap mengenai jenis pengamatan, mulai pengamatan I, II,
III dan IV.
1. Pengamatan I
Tahap ini merupakan
langkap untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan penginderaan pada suatu obyek
yang telah ditentukan agar mampu untuk mendeskripsikannya. Hal ini dimaksudkan
untuk membedah kesadaran antara obyektifitas dan subjektifitas, antara fakta
dan imajinasi sebagai bagian dari news. Dari sini diusahakan untuk mampu
mendeskripsikan keberadaan benda mati ke dalam bentuk sebuah
tulisan.
Maksimalisasi panca
indera sangat ditonjolkan untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan penginderaan
secara deskriptif. Dalam pendeskripsian ini harus mengoptimalkan
kemampuan indera dalam meggambarkan sebuah benda tanpa menyebutkan sifat objek.
Sebab jika mengungkapkan sifat pada sebuah objek, maka deskripsi akan bersifat
subjektif.
Karena itu diperlukan
batasan antara objektifitas dan subjektifitas. Objektifitas dapat berpatokan
pada: posisi letak, ukuran, warna, bahan, kedudukan, akurasi, identitas, dan
non justification. Sedangkan subjektifitas dalam pendeskripsian dapat di lihat
dari: keadaan, agak/ kemiripan, imajinasi pendapat pribadi, gaya bahasa banyak
mengulas mengulas, mengungkapkan sifat, fungsi/ normative dan suasana.
Keduanya dapat
dijadikan pisau dalam menganalisa suatu objek. Selanjutnya dari hasil
deskripsi, seorang yang membacanya dapat menyimpulkan sendiri berdasarkan data.
1. Pengamatan II
Dalam tahap ini
deskripsi objek lebih di tingkatkan lagi pada benda bergerak/ hidup. Dengan
prinsip yang tidak jauh berbeda dengan pengamatan I. kemampuan indera lebih
dipertajam untuk memperoleh deskripsi yang maksimal. Pembatasan wilayah
objektifitas dan subjektifitas tetap ditekankan, namun disini lebih di
kembangkan untuk penentuan fokus pengamatan pada objek.
Dengan demikian
selanjutnya akan lebih mengarahkan deskripsi pada focus benda (supaya tidak
meluas). Pengungkapan kondisi dan suasana lingkungan dapat dimasukkan dalam
pengamatan ini yang berusaha untuk memberikan deskripsi secara utuh (holistic)
1. Pengamatan III
tahap ini akan
mengamati sebuah gambar atau foto dari sebuah peristiwa. Praktisnya adalah
berusaha untuk membangun analisis dan deskripsi objektif dari sebuah gambar
atau foto yang dianggap sebagai dunia nyata sekaligus pengamat diposisikan
seolah-olah berada dalam keadaan tersebut.
Dalam penagmatan ini
diupayakan untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan penginderaan pada peristiwa
dunia dalam gambar tersebut. Aktualisasi analisis dapat dilakukan dengan
mengajukan dan menuliskan pernyataan sebanyak-banyaknya tentang peristiwa yang
diamati. Selanjutnya dapat diminta untuk mengajukan dan menuliskan kemungkinan
jawaban atas setiap pertanyaannya.
Focus kesadaran
penginderaan benar-benar harus dicurahkan untuk mendapatkan deskripsi yang
detail dan akurat. Hasil pengamtan ini dapat dijadikan tolak ukur sehingga
kekuatan dan kemampuan seseorang jurnalis dalam menganalisa memecahkan
persoalan sekaligus kemudian menuangkannya dalan tulisan. Untuk mempertajam
analisa dapat ditambah dengan perinsip 5 W + 1 H.
1. Pengamatan IV
Pengamatan ini akan
memfokuskan kesadaran dan kepekaan indera pada sebuah peristiwa nyata untuk
kemudian dideskripsikan. Di sini para calon jurnalis dapat menggali data dengan
alat bantu wawancara maupun cara lain yang berkaitan dengan perristiwa
tersebut. Hanya saja titik tekan lebih pada proses pengamatan (indera). Yang
kemudian prinsip 5 W + 1 H dalam tahap ini dapat di aplikasikan secara langsung
dan menyeluruh.
Dalam tahap ini
sebanarnya dinding pemisah antara subjektifitas dan objektifitas sangat tipis.
Apa yang di anggap objektifitas oleh seseorang bisa dianggap subjektifitas oleh
orang lain, begitu pula sebaliknya. Misalnya kita analogikan dengan sebuah
pernyataan “agama itu baik bagi manusia” atau “agama itu tidak baik bagi
manusia”. Sehingga kemungkinan orang akan mengatakan pernyataan pertama benar
dan objektif dengan alasan misalnya banyak orang telah membuktikan kebaikan
agama. Tetapi dengan alasan dan bukti berbeda, orang lain akan membenarkan
pernyataan kedua.
Begitu pula dalam
subuah peristiwa, bahwa objektifitas dan subjektifitas pendapat orang akan
bersifat relative, tergantung pada siapa yang mengatakan dan dalam kondisi
bagaimana. Subjektifitas akan dikatakan objektif apabila dikautkan dengan
pendapat seseorang, dalam arti bukan pendapat penulis/ jurnalis.
Wawancara
Wawancara merupakan
aktifitas yang dilakukan dalam jurnalistik untuk memperoleh data. Dalam
menggali data tidak mungkin bag seorang jurnalis untuk menulis berita.
Hanya mengandalkan
hasil observasi, tanpa melakukan wawancara. Karena dengan wawancara bisa
memperoleh kelengkapan data tentang peristiwa atau fenomena. Juga dengan
wawancara seorang jurnalis melakukan cross chek atau recheck dari data yang diperoleh
sebelumnya demi akurasi data.
Perlu diperhatikan
bahwa wawancara bukanlah proses Tanya jawab “saya bertanya-anda menjawab”
wawancara lebih luas dari proses tanya jawab. Pewawancara dan yang diwawancarai
berbagi pekerjaan “membagun ingatan” tujuan umumnya merekonstruksi kejadian
yang entah baru terjadi atau lampau. Dalam aktifitas ini (wawancara)
pewawancara dan yang diwawancarai akan membangun kembali ingatan-ingatan
tersebut.
Tekhnik Wawancara
- Menguasai permasalahan
Ini penting untuk
menghindari Miss Understanding antara pewawancara dan yang diwawancarai.
- Ajukan pertanyaan yang lebih spesifik
- Pertanyaan yang lebih spesifik akan lenbih membantu dan mempermudah dalam mengarahkan topic pembicaraan
- Jangan menggurui
- Karena wawancara bukan proses tanya jawab, tetapi aktifitas membangun ingatan terhadap peristiwa yang baru terjadi atau telah lampau.
Study Literary
Suatu data tidak hanya
di peroleh melalui pengamatan dan wawancara tetapi bisa juga memanfaatkan
(melacak) data-data yang terdokumentasikan. Pencarian data-data yang
terdokumentasikan juga sangat dipertimbangkan keabsahannya (valid) dan
dapat dipertanggung jawabkan, misalnya Keppres, Tap MPR, Undang-undang. Tidak
mungkin di dapatkan melalui didapatkan melalui pengamatan ataupun wawancara.
Kebutuhan data yang seperti itulah sangat memungkinkan dan merupakan keharusan
untuk pencarian data yang terdokumentasikan. Dan biasanya data-data yang
seperti itu validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
Karena tingkat
validitas data itu harus dipertanggungjawabkan maka dalam pencarian dan
seseorang jurnalis harus hati-hati memanfaatkan dokomentasi yang sudah ada
pemanfaatan data yang terdokumentasikan tidak terbatas pada Keppres, Tap MPR,
Undang-undang, hasil dari penelitian, berita di media, arsip, buku, juga bisa
dijadikan sebagai dokumen, tetapi juga harus mempertimbangkan validitas dari
data-data tersebut.
Koran atau majalah
Koran atau majalah
menyediakan informasi cukup memadai untuk kebutuhan riset dokumen. Informasi
surat kabar cukup layak dijadikan sumber data otentik (terlepas bila mengandung
kesalahan informasi), riset dokumen yang dilakukan mempelajari terhadap
berbagai pemberitaan dari reportase yang obyektif, teks berita foto (caption),
dan tulisan opini.
Teknik penelusuran
data melalui Koran atau majalah ialah :
- Melalui system kartu indeks perpustakaan
- Melalui system kartu indeks yang diterbitkan oleh sindikasi
Buku
Pencarian data melalui
buku terkait dengan kredibilitas penulisnya, penerbitnya, dan tahun-tahun
revisi penerbitannya. Juga memeriksa keterangan data-data statistic yang
dikutip, apakah dari abstraksi data yang terbaru buku layak dijadikan sumber
data karena buku biasanya memuat bahasan-bahasan yang mendalam dan cakupan
pemahaman yang luas.
- Bebrapa referensi buku yang bisa dimanfaatkan
- Kamus
- Ensiklopedi
- Biografi
- Tesis/disertasi
- Jurnal
- Internet
BENTUK PENULISAN
BERITA
STRAIGHT NEWS
Straight news atau
sering juga disebut berita langsung merupakan bentuk penulisan berita yang
paling sederhana, hanya dengan menyajikan unsure 4W (what, who, when,
where) maka tulisan tersebut bisa langsung menjadi berita. Namun bukan
berarti straight news menafikan unsure why dan how. Karena itu
bentuk penyajiannya pun juga diatur sedemikian rupa, sehingga khalayak pembaca
bisa mengetahui pesan utama yang terkandung dalam berita itu tanpa perlu
membaca seluruh isi berita. Pola penulisan straight news sering dipakai oleh
media-media massa yang punya masa edar harian. Selanjutnya untuk media-media
massa yang terbit berkala banyak memakai pola penulisan feature, depth news
(indepht reporting maupun investigative reporting).
Permasalahnnya
sekarang fakta yang bagaimana yang biasanya ditulis dengan bentuk straight
news. Tidak semua fakta bisa ditulis dengan bentuk straight news. karena
straight news sangat terikat dengan unsure kebaruan (aktualita). Maka suatu
fakta itu dituls dengan bentuk straight news;
1.
informasi/berita tentang peristiwa dan buku fenomena ataupun kasus. Akhirnya
kejadian yang hanya sekali itu saja terjadi. Bukan kejadian yang terjadi secara
berlanjutan. Misalnya kecelakaan lalu lintas, kejahatan, pergantian pejabat,
dsb.
2.
informasi atau berita itu penting untuk segera diketahui khalayak
3.
baru (actual)
DEPTH NEWS
tulisan ini lazim
disebut “laporan mendalam, di gunakan untuk menuliskan permasalahan (yang
penting dan menarik) secara lebih lengkap, bersifat mendalam dan analitis,
dimensinya lebih luas, yang di jadikan berita biasanya suatu kasus maupun
fenomena. Laporan ini ditulis berdasarkan hasil liputan terencana, dan
membutuhkan waktu panjang. Karena merupakan hasil liputan terencana, maka
diperlukan persiapan yang matang, sehingga dalam penuilsan in-Depth reporting
ini membutuhkan out linesebagai kerangka acuan dalam
penggalian data sampai analisa data.
Dalam Depth news
materi penulisan berita penekanannya pada unsur How (bagaimana)
dan why (mengapa). Mencari dan memaparkan jawaban How dan Way secara
lebih rinci dan banyak dimensi
Karakteristik Depth
News
1. Srukturnya balok tegak
2. Deskripsinya analitis,
banyak mengungkapkan fakta-fakta penting dan pendukung untuk kejelasan berita
3. lenggang cerita
mengikat (berkesinambungan) antara paragraph sebelum dan sesudahnya
4. Lebih mendalam dalam
menguraikan fakta.
Pembuatan Perencanaa
Liputan (Outline)
Karena pemberitaan
dalam model depth news lebih menekankan pada unsure why dan how, maka
dibutuhkan kedalaman dalam mengurai realitas. Supaya dalam penguraian realitas
tidak terjadi pembiasan/pelebaran, dalam artian tetap focus dalam meguarai
suatu realitas, maka amat dibutuhkan kerangka (Outline) sebagai
acuan dalam mengurai realitas tersebut, mulai dari pengumpulan/pengalian data
sampai penganalisaan data, sebelum dijadikan tulisan.
Adapun dalam pembuatan
Outline, kita tidak kosong terhadap realitas (kasus atau fenomena) yang akan
diurai. Penegtahuan awal tentang fenomena yang akan diurai akan sangat membantu
dalam pembacaan fenomena tersebut. Karena tidak mungkin seluruh uraian fenomena
yang disajikan dalam tulisan, maka dalam outlinnya ditentukan sisi mana
(angle) yang akan diurai dan disajikan secara mendalam.
Sedangkan enggle di
maksudkan sebagai penentu batasan-batasan fenomena yang akan diurai sehingga
dalam mengurai dan menganalisa sebuah fenomena tetap terfokus pada batasan yang
telah di rencanakan dan tidak melebar kemana-mana yang hanya akan menjadikan
pembiasan dalam penguraian dan penganalisaan.
Sebagai kerangka acuan
dalam liputan mendalam Out Line juga memuat perencanaan (ketentuan) data-data
yang akan diacri. Dan untuk data yang di rencanakan melalui wawancara,
ditentukan pula poin-poin pertanyaan (drafting) secara garis besarnya.
FEATURES
Penulisan ini lazim di
sebut berita kisah (narasi) atau cerita pendek non fiksi. Dikatakan non fiksi
karena tetap berdasarkan pula fakta. Features juga sering disebut berita ringan
(soft news) karena gaya penulisannya yang indah memikat, naratif, proasis,
imajinatif dan bahasanya lugas.
Biasanya featuers ini
mengggunakan suatu peristiwa (realitas social) yang biasanya tidak terlalu
menjadi perhatian public dan isinya lebih menekankan pada sisi human interest
(menarik minat dan perasaan khalayak pembaca) model features dalam penulisan
berita tidak terikat aktualitas.
Namun dalam menulis
features dibutuhkan kepekaan dan ketajaman menangkap fenomena dalam realitas
social melalui pengamatan dan wawancara yang mendalam, serta riset dokumentasi
yang cermat.
Ragam Features
1. Historikal Features
Menceritakan
kejadian-kejadian yang menonjol pada waktu yang telah lewat, tetapi mesih
mempunyai nilai human interest.
1. Profile Feature
Mengemukakan pengalaman
pribadi seseorang atau kelompok. Khalayak pembaca bisa mengetahui sepak terjang
tokoh tersebut, motivasinya, wawasannya, kerangka berfikirnya. Dan dikemas
seolah-olah ‘kisah pengakuan diri’ dari orang yang bersangkutan.
1. Adventures Features
Menyajikan kejadian
unik dan menarik yang dialami seseorang atau kelompok dalam perjalanan kesuatu
daerah tertentu, baik tentang alam maupun masyarakat.
1. Trend features
Mengungkapkan kisah
tentang kehidupan sekelompok anak manusia ataupun perubahan gaya hidupnya dalam
proses transformasi social.
1. Seasonal Features
Mengisahkan aspek baru
dari suatu peristiwa teragenda, seperti saat lebaran, natal, peringatan hari
lahir tokoh nasional dan sebagainya.
1. How-to-do-it Feature
Mengungkapkan
bagaimana suatu perbuatan atau kegiatan dilakukan, seperti tulisan tentang
pemanfaatan daun sereh sebagai obat keluarga atau bagaimana cara menghapuskan
virus computer.
7.
Explanatori/Backgrounder Feature
Mengisahkan suatu yang
terjadi dibalik peristiwa atau penjelasan mengapa hal itu terjadi, misalkan
tentang pemogokan buruh, mengapa pemogokan itu terjadi, sebab apa yang melatar
belakangi pemogokan.
1. Human Interest Feature
Menceritakan tentang
kisah hidup anak manusia yang menyentuh perasaan, seperti seorang mahasiswa
yang terus kuliah dengan mengandalkan hasil kerngatnya sendiri. Penulisan ini
ditekankan pada tingkah laku hidupnya bukan personnya.
Karakteristik Features
1. Teras Berita (Lead) bebas
asal tetap menarik
2. Strukturnya bebas tapi
tetap ringkas dan terus menarik
3. Bagian akhir tulisan
dapat meningalkan pesan pada pembaca, artinya dapat membuat pembaca tersenyum,
tertawa, berdecap, bagian akhir yang demikian disebut Punch.
4. Lenggang cerita
terkesan santai
5. Deskripsi bervariasi,
mengungkapkan detil-detil yang menyentuh atau yang membangkitkan emosi.
Pembuatan Opini, Tajuk
Rencana (Editorial)
, Artikel, Kolom
(Essai) dan resensi
Pembuatan antara
opini, tajuk rencana, artikel, kolom dan resensi mempunyai spesifikasi
masing-masing yang sangat berbeda. Antara satu tema rubrik tajuk opini pasti
akan berbeda dengan rubric opini, begitupun yang lainnya. Sehingga dibawah ini
akan dipaparkan spesifikasi masing-masing.
a. Opini
Bila berita sebagai
hasil konstuksi dari peristiwa (fakta) dan dituntut obyektif dalam
penyajiannya, maka tidak demikian halnya dengan opini. Opini bukan merupakan
konstruksi peristiwa, tetapi lebih pada penilaian terhadap peristiwa (fakta),
jadi terdapat unsure-unsur subyektifitas penulis dalam penyajiannya.
Penulisannya tidak berdasarkan pada 5W+IH sebagaimana berita.
Langkaha awal yang
harus dilakukan sebelum mengumpulkan bahan dan menulis opini dalah menentukan
tema (problem yang akan diurai). Tema merupakan bentangan benang-merah dalam
benak penulis yang menggambarkan tujuan tulisan, merupakan gagasan pokok. Tanpa
tema tulisan opini tidak akan utuh dan menentu arahnya. Ada beberapa bentuk
penulisan opini dalam jurnalistik; artikel, kolom, esai, resensi. Beberapa
bentuk tulisan tersebut lazimnya merupakan ruang bagi pembaca.
Selain bentuk-bentuk
tersebut masih ada penilisan lain yang disebut opini. Namun, opini ini lebih
merupakan pendapat media bersangkutan terhadap realitas yang berkembang. Salah
satunya adalah editorial/tajuk yang merupakan penilaian atau analisa dari
redaksi tentang situasi dan berbagai masalah. Juga ada pojok, ia merupakan
tulisan tanpa sentilan, sindiran terhadap realitas yang ditulis dengan gaya
satire, lucu, kocak. Dan karikatur juga merupakan penilaian redaksi terhadap
realitas, ia tidak jauh beda dengan pojok, namun diungkapakn melalui
gambar/kartun.
Syarat-syarat Opini
-
Orsinil
-
Faktual, Aktual
-
Bersifat ilmiah
-
Sistematis
-
Mengandung gagasan atau ide
-
Menggunakan bahasa yang baik dan benar (Sesuai dengan kaidah bahasa, baik
Indonesia ataupun serapan).
b. Tajuk Rencana
(Editorial)
Suatu karya tulis yang
merupakan pandangan redaksi terhadap suatu fakta/realitas, karena merupakan
pandangan redaksi maka tajuk bersangkutan dengan penilaian redaksi. Tajuk
rencana memuat fakta dan opini yang disusun secara ringkas dan logis.
Yang perlu
diperhatikan dalam membuat tajuk
-
Judul yang sifatnya meghimbau pembaca
-
Kalimat untuk lead (paragraf awal) tidak terlalu panjang
Tajuk rencana yang
baik mengandung keseimbangan antara hasil karya seorang ilmuan dan seorang
seniman. Denga jiwa ilmuan, dimaksudkan dalam menentukan dan menganalisa
problema bersifat logis, sangat mempertimbangakn temuan-temuan dalam mengurai
problem. Dengan semangat seniman, dimaksudkan lebih pada penyajian hasil
analisa dalam bentuk tulisan agar lebih enak dibaca.
c. Artikel
Merupakan karya
jurnalisik yang mempunyai karya ilmiah. Ada juga yang mengatakan artikel
merupakan karya ilmiah. Kenapa? Dalam artikel susunan penulisannya seperti
halnya karya ilmiah: ada batasan-batasan permasalahannya yang diungkapkan untuk
selanjutnya diurai dalam tulisan, juga dimungkinkan ada problem solfing.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa-bahasa ilmiah-baku, namun tidak kaku. Jadi
dalam menulis artikel langkah utama adalah menentukan permasalahan yang akan
diurai (tema). Mensistematiskan supaya lebih mudah untuk ditarik benang merah.
Ini perlu diperhatikan dalam menulis artikel.
Tema dalam bahasan
artikel bisa berupa apa saja, dari teknologi sampai politik, dari masalah
yanglebih kecil sampai pada masalah yang paling besar.
d. Kolom / Essai
Sama halnya dengan
artikel, menulis kolom diperlukan menentukan permasalahan yang akan diurai,
juga sistematisasi permasalahan untuk ditarik benang merah. Ini dimaksudkan
untuk menjadikan lebih terarah. Dalam penulisannya, kolom tidak ketat seperti
artikel. Bahasa yang digunakan lebih lentur, mudah dipahami, terkesan santai
dalam memaparkan idenya.
Dalam essai lebih
longgar lagi dan tulisannya lebih pendek dari kolom. Biasanya karakter penulis
tercerminkan dalam tulisan essai kekhasan personal lebih ditonjolkan. Sama
halnya dengan kolom dalam memaparkan idenya terkesan santai, bahasanya
lentur,alur bahasa lebih lugas. Juga seperti halnya dalam penulisan opini yang
lain, ada permasalahan yang diuraikan.
e. Resensi
Resensi merupakan
bentuk tulisan dalam hal pengambaran/analisa terhadap sebuah teks. Teks disini
bisa berupa buku, film, teater, maupun lagu. Sebagian menyebut resensi sama
halnya dengan synopsis, pengambaran secara global tentang teks. Tapi sebenarnya
tidak sama, karena dalam resensi ada sedikit sentuhan analisa penulis dan
seorang resensor harus berlaku subyektif mungkin dalam menggambarkan atau
menganalisa teks.
PENULISAN BERITA
a. Membuat
Judul
Judul berita memang
bukan merupakan hal yang urgen dalam penulisan berita. Tapi bisa menjadi hal
yang vital. Sebelum membaca isi berita pembaca cenderung membaca judulnya lebih
awal. Ketika judul tidak menarik, pembaca akan enggan untuk membaca isinya.
Maka usahakan dalam
membuat judul mudah dimengerti dengan sekali baca, juga menarik, sehingga
mendorong pembaca mengetahui lebih lanjut isi berita. Tapi judul yang menarik
belum tentu benar dalam kaidah penulisan judul. Pada dasarnya judul seharusnya
mencerminkan isi berita. Jadi disamping mencerminkan isi dan menarik. Judul
perlu kejelasan asosiatif setiap unsure subjek, objek dan keterangan.
Selain itu dalam
menuliskan judul juga bisa menggunakan kalimat langsung, artinya mengutip
langsung ungkapan dari narasumber. Biasanya suatu pernyataan itu mengarah
subjek yang melontarkan, untuk menjelaskan subjek (nama-nama narasumber atau
sebuah kegiatan maka digunakan kickers (pra judul). Atau jika tidak menggunakan
kickers, penulisan judul dalam dua tanda petik.
b. Pembuatan Lead
lead merupakan
paragraph awal dalam tulisan berita yang berfungsi sebagai kail sebelum masuk
pada uraian dalam tulisan berita. Ada beberapa maca lead yang bisa digunakan
dalam menulis berita:
1. Lead ringkasan:
Biasanya dipakai dalam penulisan “Berita keras”. Yang ditulis inti beritanya
saja, sedangkan interesting reader diserahkan kepada pembaca, lead ini
digunakan karena adanya persoalan yang kuat dan menarik.
2. Lead bercerita:
Ini digemari oleh penulis cerita fiksi karena dapat mebarik dan membenamkan
pembaca alur yang mengasikkan. Tekhniknya adalah membiarkan pembaca menjadi
tokoh utama dalam cerita.
3. Lead pertanyaan: Lead
ini efektif apabila berhasil menantang pengetahuan pemabaca dalam mengenal
permasalah yang diangkat.
4. Lead menuding
langsung: Biasanaya melibatkan langsung pembaca secara pribadi, rasa ingin tahu
mereka sebagai manusia diusik oleh penudingan lead oleh penulis.
5. Lead Penggoda:
Mengelabui pembaca dengan acara bergurau. Tujuan utamanya menggaet perhatian
pembaca dan menuntunnya supaya pembaca habis cerita yang ditawarkan.
6. Lead Nyetuk: Lead yang
menggunakan puisi, pantun, lagu atau yang lain. Tujuannya menarik pembaca agar
menuntaskan cerita yang kita atawrkan. Gays lead ini sangat has dan ekstrim
dalam bertingkah.
7. Lead Deskriptif:
Menciptakan gambaran dalam pikiran pembaca tentang seorang tokoh atau suatu
kejadian, Lead ini banyak digemari wartawan ketka menulis feature profil
pribadi.
8. Lead Kutipan: Lead
yang mengutip perkataan, statement, teori dari orang terkenal.
9. Lead Gabungan: Lead
yang menggabungkan dua atau lebih macam lead yang sudah ada. Semisal lead
kutipan digabung dengan lead deskriptif.
c. Pembuatan Ending
Untuk menutup ending
atau ending story, ada beberapa jenis:
1. Penyegar: penuto yang
biasanya diahiri kata-kata yang mengagetkan pembaca dan seolah-olah terlonjak
2. Klimaks: penutup ini
ditemukan pada cerita yang ditulis secara kronologis.
3. Tidak ada
penyelesaian: penulis mengahiri cerita dengan memberikan sebuah pertanyaan
pokok yang takterjawab. Jawaban diserahkan pada pembaca untuk membuat solusi
atau tanggapan tentang permasalahan yanga ada.
d. Alur Penulisan
Kita sering membaca
sebuah tulisan, tapi setelah selesai kita tidak tahu apa yang dikatakan dan
yang dimaksud oleh tulisan tersebut. Dalam kasus ini, sebagai penulis ia gagal
msnyampaikan ide/pikiran pada pembaca. Ada dua kemungkinan kenapa pembaca tidak
memahami tulisan tersebut. Pertama bahasa yang digunakan penulis. Kedua, alur
tulisan yang tidak terarah. Jika yang terjadi adalah factor kedua maka penulis
telah melakukan kesalahan yang sangat fatal.
Ada beberapa hal yang
dapat dijadikan acuan:
1.
Sebab- akibat
2.
Akibat- sebab
3.
Diskriptif-kronologis
BAHASA JURNALISTIK
Bahasa jurnalistik
sewajarnya didasarkan atas terbatasnya ruang dan waktu. Salah satu sifat dasar
jurnalisme menghendaki kemampuan komunikasi capat dalam ruang dan waktu yang
relative terbatas. Dengan demikian diobutuhkan suatu bahasa jurnalistik yang
lebih efisien. Dengan efisien dimaksudkan lebih hemat dan lebih jelas.
Asas hemat dan jelas
ini sangat penting buat seorang jurnalis dalam usaha kearah efisiensi dan
kejelasan dalam tulisan. Penghematan diarahkan kepada penghematan ruang dan
waktu. Ini bisa dilakukakn didua lapisan. (1) unsur kata, dan (2) unsur
kalimat.
a. Penghematan.
Unsur Kata
1.
beberapa kata indinesia sebenarnya bisa dihemat tanpa mengorbankan tata bahasa
dan jelasnya arti. Misalnya
agar supaya menjadi agar,
supaya
akan tetapi
menjadi tapi
apabila menjadi bila
sehingga menjadi hingga
meskipun
menjadi meski
walaupun menjadi walau
tidak menjadi tak
(kecuali diujung
kalimat atau berdiri sendiri)
2.
kata daripada atau dari pada juga bisa
disingkat jadi dari misalnya:
” keadaan lebih baik
dari pada zaman sebelum perang”, menjadi “keadaan lebih baik dari sebelum perang”,
tapi mungkin masih janggal mengatakan:: “dari hidup berputi mata, lebih
baik mati berputih tulang”.
3.
Beberapa kata mempunyai sinonim yang lebih pendek. Misalnya:
kemudian
= lalu
makin
= kian
terkejut
= kaget
sangat
= amat
demikian
= begitu
sekarang
= kini
catatan: dua kata yang
bersamaan arti belum tentu bersamaan efek, sebab bahasa bukan hanya soal
perasaan. Jadi dalam soal memilih sinonim pendek perlu mempertimbangkan rasa
bahasa.
Penghematan Unsur
Kalimat
Lebih efektif
penghematan kata adalah penghematan melalui struktur kalimat. Banyak contoh
pembuatan kalimat dengan pemborosan kata.
1. pemakaian kata yang
sebenarnya tak perlu, diawal kalimat, misalnya:
-
“adalah merupakan kenyataan, bahwa pencaturan politik internasional
berubah-ubah setiap zaman”. (bisa disingkat: “merupakan kenyataan, bahwa………….”)
-
“apa yang dikatakan Wijoyo Nitisastro sudah jelas. (bisa disingkat: ” yang
dikatakan Wijoyo Nitisastro”).
1. pemakaian apakah atau
apa (mungkin pengaruh bahasa daerah) yang sebenarnya bisa ditiadakan misalnya:
-
“apakah Indonesia akan terus tergantung pada bantuan luar negeri” (bisa
disingkat: “akan terus tergantungkah Indonesia”)
-
“baik kita lihat, apa(kah) dia dirumah atau tidak, bisa
disingkat “baik kita lihat dia dirumah atau tidak”
1. pemakaian dari sepadan
dengan of (inggris) dalam hubungan milik yang
sebenarnya bisa ditiadakan: juga dari pada misalnya:
-
” dalam hal ini pengertian dari pemerintah diperlukan” bisa disingkat:” dalam
hal ini pengertian pemerintah diperlukan”.
-
“sintaksis adalah bagian dari pada tata bahasa” bisa disingkat:
“sintaksis adalah bagian tata bahasa”.
1. pemakaian untuk
sepadan dalam to (inggris) yang sebenarnya dapat
ditiadakan. Misalnya:
-
“Unisoviet cenderung untuk mengakui hak-hak India “, bisa
disingkat “Unisoviet cenderung megakui hak-hak India”.
-
“pendirian semacam itu mudah untuk dipahami” menjadi
“pendirian semacam itu mudah dipahami”.
Catatan:
Dalam kalimat: “mereka
setuju untuk tidak setuju”, kata untuk demi kejelasan dipertahankan
1. pemakaian adalah sepadan dengan is atau are (inggris)
tak selamanya perlu: misalnya:”kera adalah binatang pemamah biak”
bisa disingkat “kera binatang pemamah biak”.
Catatan: dalam struktur kalimat
lama, adalah ditiadakan, tapi kata itu ditambahkan, misalnya
dalam kalimat: “pikir itu pelita hati”. Kita bisa memakainya meski lebih baik
dihindari, misalnyakalua kita harus menerjemahkan “man is a better driver
than women“, bisa mengacaukan bila disalin:”pria itu pengemudi yang lebih
baik dari pada wanita”.
1. pembunuhan akan,
telah, sedang sebagai penunjuk waktu sebenarnya bisa dihapuskan, kalau
ada keterangan waktu. Misalnya:
-
“presiden besok akan meninjau pabrik ban Goodyear” bisa
disingkat “presiden besok meninjau pabrik”
-
“tadi telah dikatakan………” bisa disingkat “tadi dikatakan”
-
“kini Clay sedang sibuk mempersiapkan diri ” bisa disingkat “kini
Clay mempersiapkan diri”
1. pembunuhan bahwa sering
bisa ditiadakan:
misalnya:
-
“Gubernur Ali Sadikin membantah desas desus yang mengatakan bahwa ia
akan diganti”.
-
“Tidak diragukan lagi bahwa ialah orang yang tepat” bisa disingkat “tidak
diragukan ia lah orangnya yang tepat”.
Catatan: sebagai ganti bahwa ditaruhkan
koma, atau pembuka (;), bila perlu
1. yang, sebagai penghubung
kata benda dengan kata sifat, kadang juga bisa ditiadakan dalam konteks kalimat
tettentu misalnya:
-
“Indinesia harus menjadi tetangga yang baik dari Australia” bisa
disingkat “Indonesia harus menjadi tetangga yang baik Australia”
-
“kami adalah pewaris yang sah dari kebudayaan dunia”
1. pembentukan kata benda
(ke +…+ an atau pe +…+ an) yang berasal dari kata kerja kata sifat, kadang
meski tak selamanya menambah beban kalimat dengan kata yang sebenarnya tak
perlu. Misalnya:
-
“PN sedang menderita kerugian Rp. 3 juta” bisa disingkat ” PN
sedang rugi Rp. 3 juta”.
-
“ia telah tiga kali melakukan penipuan tehadap saya” bisa
disingkat ” ia telah tiga kali menipuan tehadap saya”.
b. Kejelasan
Setelah dikemukakan 16
pasal yang merupakan pedoman dasar bagaimana penghematan dalam menulis, dibawah
ini pedoman dasar kejelasan dalam menulis. Menulis secara jelas membutuhkan perasyarat:
1.
penulisan harus memahami betul soal yang mau ditulisnya, bukan pura-pura paham
atau belum yakin benar akan pengetahuan sendiri.
2.
penulis harus punya kesadaran tentang pembaca.
Kejelasan Unsur Kata
1. Berhemat
dengan kata-kata asing.
Dewasa ini begitu
derasnya arus istilah-istilah asing dalam pers kita. Misalnya: income
percapita, meet the press, steam-bath,midnight show, project officer, floating
mass, program-oriented, floor-price, City Hall, upgrading, the best photo of
the year, reshuffle, approach, single, seeded.dan lain lagi.
Kata-kata itu sebenarnya bisa diterjemahkan, tapi dibiarkan begitu saja
sementara diketahui bahwa tingkat pelajaran bahasa inggris sedang merosot, bisa
diperhitungkan sebentar lagi pembaca Koran Indonesia akan terasing dari
informasi, mengingat timbulnya jarak bahasa yang kian melebar. Apalagi jika i
diingat rakyat rakyat kebanyakan memahami bahasa inggris sepatahpun tidak.
Sebelum terlambat,
ikhtiar menterjemah kata-kata asing yang relative mudah diterjemah harus segera
dimulai. Tapi sementara ini diakui perkembangan bahasa tak berdiri sendiri
melainkan di topang perkembangan sector kebudayaan lain. Maka sulitlah kita
mencari terjemah dari lunar module feasibility study, after shafe-lotion,,
drive-in, pant-sul dari perbendaharaan kata-kata asing.
Tehnical know-how,
backhand drive, smash, slow motion, enterperneur, boom, longplay, crash
program, buffet dinner, double-breast, dll. Karena pengertian-pengertian itu
tak berasal dari perbendaharaan cultural kita. Walau ikhtiar mencari salinan
Indonesia yang tepat dan enak (misalnya bell-bottom dengan “cutbray”)
tetap perlu.
2. menghindari
sejauh mungkin akronim
setiap bahasa
mempunyai akronim tapi agaknya sejak lima belas tahun yang kemarin, berbahasa
Indonesia bertambah gemar mempergunakan akronim, hingga sampai hal-hal yang
kurang perlu. Akronim mempunyai manfaat menyingkap ucapan dan penulisan dengan
cara dan mudah diingat. Dalam bahasa Indonesia, yang kata-katanya bersuku, kata
tunggal, dan yang rata-rata dituliskan dengan banyak huruf, dan kecenderungan
membentuk akronim lumrah “Hankam”, “Bappenas”, “Daswati”, “Humas”, memang lebih
ringkas dari “pertahanan dan keamanan”, “Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional”, “Daerah Swantara Tingkat”, dan “Hubungan Masyarakat”
tapi kiranya akan
teramat membingungkan kalau kita seenaknya saja membikin akronim sendiri dan
selalu sering, disamping itu, perlu diingat ada yang membuat akronim untuk alat
praktis dalam dinas (misalnya yang dilakukan kalangan ketentaraan) ada yang
membaut akronim untuk bergurau, mengejek, dan mencoba lucu (misalnya dikalangan
remaja sehari-hari: (ortu) untuk (orang tua), (keruk nasi) untuk (kerukunan
nasional). Tapi ada juga yang membaut akronim atau menciptakan efek propaganda
dalam permusuhan politik, misalkan: (manikebu) untuk ( manifestasi kebudayaan),
(Nikolin) untuk (neo kolonialisme), (cinkom) untuk (cina komunis), (asu) untuk
(Ali Suracman).
Bahasa jurnalistik
dari sikap objektif, seharusnya menghindarkan akronim jenis yang terakhir. Akronim
bahas apojok sebaiknya juga dihindarkan dari bahasa pemberitaan, misalnya
(Djagung) untuk (jaksa agung). (Gepeng) untuk (gerakan penghematan), (sas-sus)
untuk (desas desus). Karena akronim bisa menghamburkan pengertian kata-kata
yang diakronimkan
Kejelasan unsur
kalimat
Seperti halnya
dalam asas penghematan, asas kejelasan juga lebih efektif jika dilakukan
dalam struktur kalimat. Satu-satunya untuk itu ialah dihindarkannya
kalimat-kalimat majemuk yang paling panjang kalimatnya: terlebih-lebih lagi jika
kalimat majemuk itu bercucu kalimat.
Tulisan Padu dan Bahasa Jurnalisme
1. Tulisan Padu
Suatu tulisan apa pun harus komprehensif atau utuh. Bagian-bagian tulisan yang berupa alinea atau paragraf seperti mata rantai haruslah berkait berupa mata rantai.
Ada 4 jenis aliniea: deduksi, induksi, gabungan dan deskripsi. Aliniea deduksi: kalimat awal adalah kalimat pokok yang diperjelas/diterangkan oleh kalimat-kalimat yang lain di dalam suatu alinea. Alinea induksi, kebalikan deduksi. Alinea gabungan: didalam suatu alinea ada dua kalimat pokok, yaitu di awal dan di akhir, yang isinya sama tetapi kata-katanya berbeda. Alinea jenis ini biasanya panjang. Alinea diskripsi tanpa kalimat pokok.
Teknik merangkaikan alinea: urutan isi (termasuk urutan waktu: kronologi); penggunaan kata-kata kunci lama pada awal alinea kedua dan seterusnya. Contohnya: akan tetapi, kendati, lebih lanjut dikatakan, menjawab pertanyaan watawan; penggunaan kata-kata kunci baru, contoh: setuju dengan pendapat gubernur, tertarik sikap dia, berbeda pendapat dengan pemateri. Pancingan. Bagian akhir alinea pertama memancing awal alinea kedua, bagian akhir alinea kedua memancing awal alinea ketiga, dan seterusnya.
2. Bahasa Jurnalisme
Bahasa adalah alat yang sangat penting untuk berkomunikasi. Bahasa ibarat kendaraan, sedangkan muatanya adalah pesan (isi komunikasi). Bahasa jurnalisme atau bahasa pers adalah bahasa tulisan dan lisan yang khusus digunakan untuk produk jurnalisme/pers. Ada dua pendapat tentang bahasa ini yaitu yang mengalir beraturan dan mengalir tak beraturan.
Penggunaan kata penghubung penting, yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata penghunbung antarkalimat
-Intrakalimat: mengubungkan bagian kalimat yang lain dalam satu kalimat. Contoh: dan, maka, sehingga, sebab, karena.
-Antarkalimat: menghunbungkan kalimat satu dengan kalimat yang lain. Contoh: akan tetapi, karena itu, dengan demikian, dst.
3. Bagaimana Meliput
Meliput berarti mencari dan mengumpulkan informasi, upaya yang dilakukan adalah observasi (biasa terlibat atau tidak), menyaksikan sebagai saksi mata (manakala mengikuti peristiwa yang telah berlangsung). Apa saja yang terjadi ditangkap baik yang terlihat dan atau yang terdengar.
Untuk itu, salah satu cara terpenting adalah wawancara, bahan utama yang dicari dapat diringkas dalam 5W + 1H secara rinci. Jangan lupakan penggambaran setting yang jelas dan rinci, karakter tokoh, suasana dan lain-lain.
* What (apa): kejadian, kegiatan dll
* Who (siapa): nama, umur, alamat, kerjaan dll
* When (kapan): hari, tanggal, siang atau malam
* Where (dimana): tempat, alamat dll
* Why (mengapa): mengapa bisa terjadi, penyebab dll
* How (bagaimana): bagaimana kejadiannya, gambaran kejadian dll
4. Berita Lurus/Langsung (Stright News)
Disebut berita lurus atau langsung karena isinya langsung ke data/fakta, tanpa rincian yang mendalam.
Menggunakan berita secara fisik seperti piramid terbalik. Bagian terpenting ada di atas, makin kebawah makin kurang penting.
Bagian terpenting (lead) berada dibagian atas tubuh berita, disebut direct lead. Unsur terpenting berita sudah dapat ditangkap dalam tiga alinea pertama. Berita tidak boleh sama sekali adanya opini penulis, penyimpulan dilarang.
Judul (head) berita berupa intisari yang diambil dari tubuh berita. Unsur provokasi harus ada di dalamnya.
Suatu tulisan apa pun harus komprehensif atau utuh. Bagian-bagian tulisan yang berupa alinea atau paragraf seperti mata rantai haruslah berkait berupa mata rantai.
Ada 4 jenis aliniea: deduksi, induksi, gabungan dan deskripsi. Aliniea deduksi: kalimat awal adalah kalimat pokok yang diperjelas/diterangkan oleh kalimat-kalimat yang lain di dalam suatu alinea. Alinea induksi, kebalikan deduksi. Alinea gabungan: didalam suatu alinea ada dua kalimat pokok, yaitu di awal dan di akhir, yang isinya sama tetapi kata-katanya berbeda. Alinea jenis ini biasanya panjang. Alinea diskripsi tanpa kalimat pokok.
Teknik merangkaikan alinea: urutan isi (termasuk urutan waktu: kronologi); penggunaan kata-kata kunci lama pada awal alinea kedua dan seterusnya. Contohnya: akan tetapi, kendati, lebih lanjut dikatakan, menjawab pertanyaan watawan; penggunaan kata-kata kunci baru, contoh: setuju dengan pendapat gubernur, tertarik sikap dia, berbeda pendapat dengan pemateri. Pancingan. Bagian akhir alinea pertama memancing awal alinea kedua, bagian akhir alinea kedua memancing awal alinea ketiga, dan seterusnya.
2. Bahasa Jurnalisme
Bahasa adalah alat yang sangat penting untuk berkomunikasi. Bahasa ibarat kendaraan, sedangkan muatanya adalah pesan (isi komunikasi). Bahasa jurnalisme atau bahasa pers adalah bahasa tulisan dan lisan yang khusus digunakan untuk produk jurnalisme/pers. Ada dua pendapat tentang bahasa ini yaitu yang mengalir beraturan dan mengalir tak beraturan.
Penggunaan kata penghubung penting, yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata penghunbung antarkalimat
-Intrakalimat: mengubungkan bagian kalimat yang lain dalam satu kalimat. Contoh: dan, maka, sehingga, sebab, karena.
-Antarkalimat: menghunbungkan kalimat satu dengan kalimat yang lain. Contoh: akan tetapi, karena itu, dengan demikian, dst.
3. Bagaimana Meliput
Meliput berarti mencari dan mengumpulkan informasi, upaya yang dilakukan adalah observasi (biasa terlibat atau tidak), menyaksikan sebagai saksi mata (manakala mengikuti peristiwa yang telah berlangsung). Apa saja yang terjadi ditangkap baik yang terlihat dan atau yang terdengar.
Untuk itu, salah satu cara terpenting adalah wawancara, bahan utama yang dicari dapat diringkas dalam 5W + 1H secara rinci. Jangan lupakan penggambaran setting yang jelas dan rinci, karakter tokoh, suasana dan lain-lain.
* What (apa): kejadian, kegiatan dll
* Who (siapa): nama, umur, alamat, kerjaan dll
* When (kapan): hari, tanggal, siang atau malam
* Where (dimana): tempat, alamat dll
* Why (mengapa): mengapa bisa terjadi, penyebab dll
* How (bagaimana): bagaimana kejadiannya, gambaran kejadian dll
4. Berita Lurus/Langsung (Stright News)
Disebut berita lurus atau langsung karena isinya langsung ke data/fakta, tanpa rincian yang mendalam.
Menggunakan berita secara fisik seperti piramid terbalik. Bagian terpenting ada di atas, makin kebawah makin kurang penting.
Bagian terpenting (lead) berada dibagian atas tubuh berita, disebut direct lead. Unsur terpenting berita sudah dapat ditangkap dalam tiga alinea pertama. Berita tidak boleh sama sekali adanya opini penulis, penyimpulan dilarang.
Judul (head) berita berupa intisari yang diambil dari tubuh berita. Unsur provokasi harus ada di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar